Ratusan panah-panah api (missile) berterbangan dilangit, tak kalahnya panah-panah api berekor panjang (laser) juga terlihat membelah cakrawala, bola-bola api raksasa (nuclear blast)
menyilaukan dan membutakan mata, semua itu diakhiri suara menggelegar
yang memekakkan telinga, ribuan nyawa manusia dan hewan melayang tak
terkira dan menyisakan kehancuran yang dahsyat di berbagai tempat dimuka
Bumi tercinta.
Apa mungkin 15.000 tahun SM, ada perang
nuklir dan peradaban manusia sudah demikian tinggi? Padahal, teknologi
nuklir merupakan teknologi hi-tech yang dikerjakan oleh para ahli fisika.
Kesalahan kecil yang terjadi pada
peralatan atau prosesnya dapat menjadi bencana, penebar maut. Seperti
kebocoran di reaktor nuklir Chernobyl milik Rusia yang menelan banyak
korban jiwa karena radiasi radio aktif.
Ada kabar menarik dari arkeolog India.
Ditemukan sejumlah bukti yang menunjukkan di India diduga pernah terjadi
2 perang besar yang menggunakan senjata pemusnah massal.
Penelitian dilakukan oleh oleh Michael
Cremo tahun 2003, arkeolog senior dari AS. Selama 8 tahun, penganut
agama Hindu ini meneliti narasumber dari kitab suci Weda dan Jain, yang
ditulis pendeta Walmiki, ribuan tahun lalu. Cremo tertarik
menginvestigasi dan mendalami dua kitab suci tersebut.
Ia menemukan nama-nama yang tertera di kitab tersebut ada di India. Ditemani tim dan rekannya, Dr.Rao C.S, arkeolog terkemuka India, ia meneliti dengan perangkat canggih “penjejak waktu” ( thermoluminenscence dating method ) untuk setiap obyek.
Dengan
karbon radio isotop, keakuratan umur objek mampu dijejak hingga
miliaran tahun ke belakang. Kitab Weda ternyata bisa menjadi nara sumber
akurat, mengungkap kisah-kisah sebenarnya beribu tahun lalu. Tak semata
kitab suci.
Mereka mencoba mengupas isi kisah
Mahabarata, dari awal kejadian hingga perang Bharatayudha, ditandai
berakhirnya perjalanan keluarga Bharata. Mereka yang berperang, berasal
dari keturunan Pandu dan Destrarata, 2 bersaudara.
Baratayuda, adalah istilah yang dipakai
di Indonesia untuk menyebut perang besar di Kurukshetra antara keluarga
Pandawa melawan Korawa. Perang ini merupakan klimaks dari kisah
Mahabharata, yaitu sebuah wira carita terkenal dari India.
Dr.Rao
meneliti bukti-bukti sejarah di lautan, di teluk Gujarat, untuk
mengungkap bukti keberadaan Kerajaan Dwaraka. Istana Sri Krisna, otak
penggalang strategis dari pihak Pandawa. Konon, kerajaan ini musnah
ditelan gelombang laut tahun 1478 SM, setelah perang Bharatayudha tahun
1443 SM.

Princes
of the Indonesian epic, Bharata Yhuda or The Great Battle, are carved
in stone in this monument in Freedom Square. Bhatara Kresna and Raden
Arjuna Sastra are two handsome princes of the Pandawa Lima lineage,
shown here inspecting the war front battle station. with a bow and
arrow, riding a chariot of eight galloping horses – a scene supposedly
taken from Bharata Yuda War when Arjuna defeated Karna. The monument
holds great significance for the locals, with some believing that the
very figure opens a door to the spiritual world. (touristspot.ruvenga.com)
Michael Cremo mengadakan penelitian di
daratan, diantaranya: Indraprasta, Hastinapura, dan padang Khurusethra,
bekas perang itu terjadi. Seperti diketahui, Indraprasta merupakan
tempat bermukim keluarga Pandawa di awal perjuangan merebut Hastina.
Khurusethra adalah bekas pertempuran dahsyat keluarga Bharata.
Para ahli menemukan banyak bukti yang
mengejutkan. Tanah tegalan luas itu ternyata tak ditumbuhi tanaman apa
pun, karena tercemar radio aktif. Pada puing-puing bangunan atau
sisa-sisa tengkorak manusia yang ditemukan di Mohenjo Daro tercemar
residu radio aktif yang cukup pekat.
Menurut Dr.Indrajit, ahli termonuklir,
hal ini terjadi diduga akibat radiasi ledakan termonuklir skala besar
dalam peperangan tersebut. Jelasnya terdapat dalam kalimat Weda yang
diterjemahkan bebas seperti ini, ”Arjuna yang gagah berani, duduk dalam
Weimana/ Vimana.
Dalam Ufology, Vimana adalah wahana mirip
piring terbang. Bahkan ada teori, bahwa dulunya Vimana adalah istilah
untuk kendaraan alien yang berperang dengan manusia Bumi yang pada saat
itu juga sudah canggih.
Teori kedua dalam Ufology, bahwa dulunya
ada dua ras alien yang memperebutkan Bumi dan menghasilkan
radiasi-radiasi yang hingga kini masih dapat dibuktikan.
Oleh kerenanya, manusia mengganggap bahwa
para alien tersebut adalah “Dewa-dewa dari langit” yang sangat tangguh
dan perkasa, lalu manusia membuat ceritanya dalam kitab-kitab Hindu.
Vimana dapat mendarat di tengah
air, lalu mengangkat gendewa dan meluncurkan sebatang anak panah.
Semacam senjata mirip rudal/ roket, yang dapat menimbulkan sekaligus
melepaskan nyala api yang bersinar terang di atas wilayah musuh.
Curahannya seperti hujan lebat yang
deras, mengepung musuh dengan kekuatan dahsyat. Setelah panah itu tiba
pada sasarannya, dalam sekejap sebuah bayangan yang tebal dengan cepat
terbentuk seperti cendawan raksasa merekah di atas wilayah kurawa.
Angkasa menjadi gelap gulita, semua
kompas yang ada dalam kegelapan menjadi tidak berfungsi, kemudian badai
angin yang dahsyat mulai bertiup wuuus… wuuus, disertai debu pasir.
Burung-burung bercicit panik seolah-olah
langit runtuh dan bumi gonjang-ganjing. Sementara itu di atas langit,
matahari seolah-olah bergoyang, panas membara memancarkan udara
mengerikan, membuat bumi berguncang, dan gunung-gunung bergoyang.”
“Di kawasan darat yang luas,
binatang-binatang mati terbakar dan berubah bentuk. Air sungai kering
kerontang, ikan, udang dan hewan laut lainnya, semuanya mati.”
“Saat panah (apakah roket atau senjata
laser?) meledak, suaranya bagaikan halilintar, membuat prajurit musuh
berjatuhan bagaikan batang pohon yang terbakar hangus. Akibat yang
ditimbulkan oleh senjata Arjuna tersebut, tercipta badai api, diikuti
ledakan dahsyat yang memancarkan debu beracun (radio aktif?).”
Menurut kepercayaan populer Kuil
Mahabalipuram bukan suatu kuil, tetapi suatu candi yang terakhir dari
serangkaian tujuh candi, enam di antaranya telah tenggelam.
Penemuan bangunan utama reruntuhan itu
terjadi pada bulan April 2002 di lepas pantai Mahabalipuram di Tamil
Nadu, India Selatan, pada kedalaman 5 hingga 7 meter (15-21 kaki)
dilakukan oleh tim gabungan dari Dorset Scientific Exploration Society (SES) dan India’s National Institute of Oceanography (NIO).
Penyelidikan di lokasi masing-masing
ditemukan batu, sisa-sisa tembok yang tersebar, batu persegi dan blok
persegi panjang dan platform besar dengan undak-undakan yang menuju ke
sana. Semua ini berbaring di tengah-tengah formasi geologis batuan
lokal.
Terdapat 4 sosok singa di empat lokasi, reruntuhan itu disimpulkan menjadi bagian dari kompleks candi.
Dinasti Pallava, yang menguasai wilayah
itu selama abad ke-7 Masehi, dikenal memiliki banyak bangunan batu keras
seperti struktural candi di Mahabalipuram dan Kanchipuram.
Poet Dwarka (India)
Di antara yang paling menarik dari
penemuan-penemuan arkeologi yang dibuat di India dalam beberapa tahun
terakhir adalah yang dibuat di lepas pantai dan Bet Dwarka Dwarka di
Gujarat.
Penggalian telah berlangsung sejak 1983. Ini adalah dua tempat yang terpisah 30 km satu sama lain. Dwarka berada di pantai laut Arab, dan Bet Dwarka adalah di Teluk Kutch.
Kedua tempat ini dihubungkan dengan
legenda tentang Kresna yang baik. Ada banyak candi di sini, terutama
yang termasuk ke dalam periode abad pertengahan.
Dinilai sebagai salah satu dari tujuh
kota paling tua di negara ini, kota legendaris Dvaraka adalah tempat
kediaman Lord Krishna. Hal ini diyakini bahwa akibat kerusakan dan
kehancuran oleh laut, Dvaraka telah tenggelam enam kali!
Untuk memperluas dan memperdalam
penelitian ini, Unicef dan NASA membantu pemotretan dengan citra lansat
satelit. Dari hasil riset dan pemotretan yang difokuskan di hulu sungai
Gangga, para arkeolog menemukan banyak sisa puing bangunan yang telah
menjadi batu hangus.
Batu besar reruntuhan ini ketika
dilekatkan jadi satu, permukaannya menonjol dan cekung tidak merata.
Ketika dicoba melebur bebatuan tsb, ternyata dibutuhkan suhu minimal
1.800 derajat celcius! Batu biasa dalam keadaan normal tak mencapai suhu
ini.
Kecuali pada benda-benda yang terkena
radiasi nuklir, baru bisa mencapai suhu yang demikian tinggi. Di
pedalaman hutan primitif India, peneliti juga menemukan lebih banyak
reruntuhan batu hangus.
Tembok kota yang runtuh dikristalisasi,
licin seperti kaca, lapisan luar perabot rumah tangga yang terbuat dari
batu dalam bangunan juga telah di-kaca-lisasi. Para peneliti heran,
selain di India, batu radiasi juga ditemukan di bekas Kerajaan Babilonia
Kuno, Gurun Sahara dan Gurun Gobi di Mongolia!
Inilah bukti reruntuhan perang nuklir
prasejarah, derajat radiasi masih terekam meski kejadiannya ribuan tahun
SM ( Sebelum Masehi ). Batu kaca pada reruntuhan tersebut, semuanya
sama persis dengan batu kaca pada kawasan percobaan nuklir saat ini.
Diduga kuat perang Bharatayudha adalah
perang nuklir yang terjadi antara 30.000 – 15.000 SM. Untuk meneliti
lebih jauh penyebaran batu radiasi ini, para ahli nuklir PBB akan
mengungkapnya dalam program khusus.

Kerajaan Dwaraka ditelan laut
Penelitian yang dilakukan Dr. Rao di
bawah lautan didasarkan petunjuk Weda, bahwa Kerajaan Dwaraka ditelan
laut beberapa saat setelah Bharatayudha usai. Kerajaan Dwaraka adalah
kediaman Sri Krisna, raja yang pegang kendali strategis di perang
saudara ini.
Dalam kitab suci Hindu, ia merupakan
jelmaan Dewa Wisnu, pemelihara perdamaian. Keberadaan Dwaraka dilakukan
selama 8 tahun, dan baru jelas setelah dibantu citra satelit NASA. Dari
sana ditemukan jejak kerajaan tersebut di bawah Teluk Gujarat.
Setelah ada petunjuk pasti, akhirnya
Dwaraka berhasil ditemukan dalam keadaan hancur digulung gelombang Laut
Arab yang cukup dahsyat. Dari hasil investigasi, banyak temuan berharga
indikator kehidupan makhluk 15.000 tahun lalu.
Selain tembikar, ada bongkahan batu besar
yang diduga benteng dan dinding istana. Batuan dipenuhi ornamen indah,
lonceng kuil dari tembaga, jangkar kapal, pot bunga dari keramik, serta
uang emas dan tembaga.
Penemuan logam ini memperlihatkan kepada
kita, bahwa peradaban 30.000 – 15.000 tahun lalu ternyata sudah tinggi.
Tak heran temuan ini mengindikasikan penggunaan senjata pemusnah massal
di perang itu.
Bahkan menurut beberapa ahli yang lebih
kontroversial malah menyatakan, bahwa pada masa lalu manusia sudah
beberapa kali hampir mengalami pemusnahan massal akibat perang nuklir,
perang bintang dan perang-perang besar lainnya.
Hingga manusia yang dapat bertahan hidup dan berlindung (survive) hanya tersisa ribuan jiwa saja, lalu mereka kembali ke zaman batu atau “seperti” zaman prasejarah.
Kemudian terus berkembang-biak kembali
menjadi jutaan dan milyaran. Lalu terjadi lagi perang besar di bumi yang
menyebabkan kemusnahan massal manusia, lalu berkembang-biak lagi,
begitu seterusnya selama belasan kali.
Namun tak selamanya perang besar terjadi
akibat peperangan antara manusia di bumi. Menurut paneliti yang tertarik
masalah Ufology, manusia juga pernah melawan makhluk-makhluk luar
angkasa atau alien, dan akhirnya juga menyisakan kehancuran dahsyat di
Bumi.
Perlawanan ini juga membuktikan bahwa
pada masa lalu peradaban manusia di bumi telah canggih, jika tidak
canggih maka tak mungkin ras manusia berani melawan. Tapi akibat
kekalahan teknologi yang jauh-jauh lebih canggih, ras manusia kalah
namun berhasil untuk bertahan hidup dibawah pemukaan bumi.
Setelah beberapa dekade radiasi di
permukaan bumi mulai menurun, merekapun mulai berani kembali ke
permukaan dan memulai kembali peradaban ras manusia dari awal.
Menurut peneliti Ufology dan peneliti
sejarah peradaban dunia yang kontroversial, peristiwa hampir punahnya
ras manusia ini tak hanyak terjadi sekali, namun berkali-kali, dan
manusia selalu dapat bertahan hidup walau hanya tersisa ribuan saja dan
kembali memulai peradaban baru hingga suatu saat kembali maju dan
canggih.
Dari penemuan-penemuan itu, Dr. Michael Creko membukukan laporan dalam 3 buku yang dicetak tahun 2006. Beberapa diantaranya:
Forbidden Archaelogis, The Hidden History of Human Race, dan Human Devolution, yang isinya menentang teori Darwin, tentang evolusi manusia.
Dr. Rao dari hasil karyanya memperoleh penghargaan “The World Ship Trust Award” dari PBB atas penemuan siklus kehidupan manusia yang memutus teori Darwin.
Pada awalnya, kisah-kisah inilah yang
dibukukan dalam kitab Hindu dan menjadi kisah yang menarik tentang
perang besar pada zaman dahulu kala ini (Armageddon).
Bahkan di Indonesia saat agama Hindu
masuk ke Nusantara, cerita perang ini telah menjadi budaya Indonesia
terutama di Jawa dan Bali.
Budaya ini telah melekat di Indonesia
hingga kini, salah satunya melalui tradisi Wayang, baik itu wayang orang
atau wayang kulit bahkan wayang golek.
Cerita tentang Baratayudha tersebut tetap
mengakar hingga ke generasi muda di Indonesia sebagai generasi penerus
kebudayaan tua ini. Karena cara ini adalah salah satu jalan agar kisah
heriok ini tetap lestari di kemudian hari.
Cara lainnya untuk melestarikan kisah ini
juga dilakukan dengan penulisan buku-buku dari banyak
literatur-literatur kuno di zaman Hindu. Bahkan sudah ada beberapa
permainan (games) elektronik di komputer tentang kisah peperangan Ramayana dan Baratayudha ini.

Di
Indonesia, cerita pewayangan seperti perang Bharata Yudha (kisah perang
di Mahabharata) masih banyak diceritakan langsung secara turun-temurun
oleh para orang tua kepada generasi mudanya.
Selain itu, masih banyak pula kakek-nenek
dan orang tua dari generasi sebelumnya terus menceritakan kembali kisah
menarik ini kepada anak dan cucunya, termasuk di dalamnya tentang kisah
perang Baratayudha.
Namun banyak pula peneliti dan budayawan yang menyatakan bahwa kisah itu hanya sekedar mitos atau fiksi kuno belaka.
Tapi itu semua dapat dipatahkan dengan
penemuan-penemuan arkeologi dan sejarah yang sama-sama bersinergi dan
dapat membuktikan fakta-fakta yang ada dan telah terjadi di lapangan.
Karena bisa jadi, itu semua memang bagian
dari sejarah yang nyata bagi peradaban ras manusia di muka Bumi untuk
selalu bertahan dari kepunahan. “Life will find the way…” (berbagai sumber)

# Epos Mahabarata
Kisah ini menceritakan konflik hebat keturunan Pandu dan Dristarasta dalam memperebutkan takhta kerajaan. Menurut sumber yang saya dapatkan, epos ini ditulis pada tahun 1500 SM. Namun fakta sejarah yang dicatat dalam buku tersebut masanya juga lebih awal 2.000 tahun dibanding penyelesaian bukunya. Artinya peristiwa yang dicatat dalam buku ini diperkirakan terjadi pada masa ±5000 tahun yang silam.
Buku ini telah mencatat kehidupan dua saudara sepupu yakni Kurawa dan Pandawa yang hidup di tepian sungai Gangga meskipun akhirnya berperang di Kurukshetra. Namun yang membuat orang tidak habis berpikir adalah kenapa perang pada masa itu begitu dahsyat? Padahal jika dengan menggunakan teknologi perang tradisional, tidak mungkin bisa memiliki kekuatan yang sebegitu besarnya.
Spekulasi baru dengan berani menyebutkan perang yang dilukiskan tersebut, kemungkinan adalah semacam perang nuklir! Perang pertama kali dalam buku catatan dilukiskan seperti berikut ini: bahwa Arjuna yang gagah berani, duduk dalam Weimana (sarana terbang yang mirip pesawat terbang) dan mendarat di tengah air, lalu meluncurkan Gendewa, semacam senjata yang mirip rudal/roket yang dapat menimbulkan sekaligus melepaskan nyala api yang gencar di atas wilayah musuh. seperti hujan lebat yang kencang, mengepungi musuh, dan kekuatannya sangat dahsyat.
Dalam sekejap, sebuah bayangan yang tebal dengan cepat terbentuk di atas wilayah Pandawa, angkasa menjadi gelap gulita, semua kompas yang ada dalam kegelapan menjadi tidak berfungsi, kemudian badai angin yang dahsyat mulai bertiup wuuus..wuuus.. disertai dengan debu pasir. Burung-burung bercicit panik seolah-olah langit runtuh, bumi merekah. Matahari seolah-olah bergoyang di angkasa, panas membara yang mengerikan yang dilepaskan senjata ini, membuat bumi bergoncang, gunung bergoyang, di kawasan darat yang luas, binatang-binatang mati terbakar dan berubah bentuk, air sungai kering kerontang, ikan udang dan lainnya semuanya mati. Saat roket meledak, suaranya bagaikan halilintar, membuat prajurit musuh terbakar bagaikan batang pohon yang terbakar hangus.
Jika akibat yang ditimbulkan oleh senjata Arjuna bagaikan sebuah badai api, maka akibat serangan yang diciptakan oleh bangsa Alengka juga merupakan sebuah ledakan nuklir dan racun debu radioaktif.
Gambaran yang dilukiskan pada perang dunia ke-2 antara Rama dan Rahwana lebih membuat orang berdiri bulu romanya dan merasa ngeri: pasukan Alengka menumpangi kendaraan yang cepat, meluncurkan sebuah rudal yang ditujukan ke ketiga kota pihak musuh. Rudal ini seperti mempunyai segenap kekuatan alam semesta, terangnya seperti terang puluhan matahari, kembang api bertebaran naik ke angkasa, sangat indah. Mayat yang terbakar, sehingga tidak bisa dibedakan, bulu rambut dan kuku rontok terkelupas, barang-barang porselen retak, burung yang terbang terbakar gosong oleh suhu tinggi. Demi untuk menghindari kematian, para prajurit terjun ke sungai membersihkan diri dan senjatanya.
Banyak spekulasi bermunculan dari peristiwa ini, diantaranya ada sebuah spekulasi baru dengan berani menyebutkan bahwa perang Mahabarata adalah semacam perang NUKLIR!!
Tapi, benarkah demikian yang terjadi sebenarnya? Mungkinkah jauh sebelum era modern seperti masa kita ini ada sebuah peradaban maju yang telah menguasai teknologi nuklir? Sedangkan masa sebelum 4000 SM dianggap sebagai masa prasejarah dimana peradaban Sumeria dianggap peradaban tertua didunia tidak ditemukan kemajuan semacam ini?
Namun selama ini terdapat berbagai diskusi, teori dan penyelidikan mengenai kemungkinan bahwa dunia pernah mencapai sebuah peradaban yang maju sebelum tahun 4000 SM.
Teori Atlantis, Lemuria, kini makin diperkuat dengan bukti tertulis seperti percakapan Plato mengenai dialog Solon dan pendeta Mesir kuno mengenai Atlantis, naskah kuno Hinduisme mengenai Ramayana & Bharatayudha mengenai dinasti Rama kuno, dan bukti arkeologi mengenai peradaban Monhenjo-Daroo, Easter Island dan Pyramid Mesir maupun Amerika Selatan.
# Penelusuran fakta ilmiah
Akhir-akhir ini perhatian saya tertuju pada sebuah teori mengenai kemungkinan manusia pernah memasuki zaman nuklir lebih dari 6000 tahun yang lalu. Peradaban Atlantis di barat, dan dinasti Rama di Timur diperkirakan berkembang dan mengalami masa keemasan antara tahun 30.000 SM hingga 15.000 SM.
Atlantis memiliki wilayah mulai dari Mediteranian hingga pegunungan Andes di seberang Samudra Atlantis sedangkan Dinasti Rama berkuasa di bagian Utara India-Pakistan-Tibet hingga Asia Tengah. Peninggalan Prasasti di Indus, Mohenjo Daroo dan Easter Island (Pasifik Selatan) hingga kini belum bisa diterjemahkan dan para ahli memperkirakan peradaban itu berasal jauh lebih tua dari peradaban tertua yang selama ini diyakini manusia (4000 SM). Beberapa naskah Wedha dan Jain yang antara lain mengenai Ramayana dan Mahabharata ternyata memuat bukti historis maupun gambaran teknologi dari Dinasti Rama yang diyakini pernah mengalami zaman keemasan dengan tujuh kota utamanya ‘Seven Rishi City’ yg salah satunya adalah Mohenjo Daroo (Pakistan Utara).
Dalam suatu cuplikan cerita dalam Epos Mahabarata dikisahkan bahwa Arjuna dengan gagah berani duduk dalam Weimana (sebuah benda mirip pesawat terbang) dan mendarat di tengah air, lalu meluncurkan Gendewa, semacam senjata yang mirip rudal/roket yang dapat menimbulkan sekaligus melepaskan nyala api yang gencar di atas wilayah musuh, lalu dalam sekejap bumi bergetar hebat, asap tebal membumbung tinggi diatas cakrawala, dalam detik itu juga akibat kekuatan ledakan yang ditimbulkan dengan segera menghancurkan dan menghanguskan semua apa saja yang ada disitu.
Yang membuat orang tidak habis pikir, sebenarnya senjata semacam apakah yang dilepaskan Arjuna dengan Weimana-nya itu?
Ada beberapa penelitian yang berusaha menguak tabir misteri kehidupan manusia di masa lampau ini. Tentang bagaimana kehidupan sosial hingga kemajuan ilmu dan teknologi mereka. Beberapa waktu belakangan banyak hasil penelitian yang mengejutkan. Dan dari berbagai sumber yang telah saya pelajari, secara umum penggambaran melalui berbagai macam teori dan penelitian mengenai subyek ini telah pula memberikan beberapa bahan kajian yang menarik, antara lain adalah:
Permulaan sebelum dua milyar tahun hingga satu juta tahun dari peradaban manusia sekarang ini teryata telah terdapat peradaban manusia. Dalam masa-masa yang sangat lama ini terdapat berapa banyak peradaban yang demikian maju namun akhirnya menuju pada sebuah kebinasaan? Dan penyebab kebinasaan itu adalah tiada lain akibat peperangan yang pernah terjadi.
Atlantis dan Dinasti Rama pernah mengalami masa keemasan (Golden Age) pada saat yang bersamaan (30.000-15.000 SM). Keduanya sudah menguasai teknologi nuklir. Keduanya memiliki teknologi dirgantara dan aeronautika yang canggih hingga memiliki pesawat berkemampuan dan berbentuk seperti UFO (berdasarkan beberapa catatan) yang disebut Vimana (Rama) dan Valakri (Atlantis).
Penduduk Atlantis memiliki sifat agresif dan dipimpin oleh para pendeta (enlighten priests), sesuai naskah Plato. Dinasti Rama memiliki tujuh kota besar (Seven Rishi’s City) dengan ibukota Ayodhya dimana salah satu kota yang berhasil ditemukan adalah Mohenjo-Daroo. Persaingan dari kedua peradaban tersebut mencapai puncaknya dengan menggunakan senjata nuklir.
Para ahli menemukan bahwa pada puing-puing maupun sisa-sisa tengkorak manusia yang ditemukan di Mohenjo-Daroo mengandung residu radio-aktif yang hanya bisa dihasilkan lewat ledakan Thermonuklir skala besar. Dalam sebuah seloka mengenai Mahabharata, diceritakan dengan kiasan sebuah senjata penghancur massal yang akibatnya mirip sekali dengan senjata nuklir masa kini.
Beberapa Seloka dalam kitab Wedha dan Jain secara eksplisit dan lengkap menggambarkan bentuk dari ‘wahana terbang’ yang disebut ‘Vimana’ yang ciri-cirinya mirip piring terbang masa kini. Sebagian besar bukti tertulis justru berada di India dalam bentuk naskah sastra, sedangkan bukti fisik justru berada di belahan dunia barat yaitu Piramid di Mesir (Foto: relief jenis pesawat di Piramida Mesir di bawah ini) dan Amerika Selatan.

Foto: relief jenis pesawat di Piramida Mesir
Di dalam hutan primitif di pedalaman India, orang-orang juga menemukan lebih banyak reruntuhan batu hangus. Tembok kota yang runtuh dikristalisasi, licin seperti kaca, lapisan luar perabot rumah tangga yang terbuat dari batuan didalam bangunan juga telah dikacalisasi. Selain di India, Babilon kuno, gurun sahara, dan guru Gobi di Mongolia juga telah ditemukan reruntuhan perang nuklir prasejarah. Batu kaca pada reruntuhan semuanya sama persis dengan batu kaca pada kawasan percobaan nuklir saat ini.
Bukti ilmiah peradaban Veda. Bukti-bukti arkeologis, geologis telah terungkap dari penemuan fosil-fosil maupun artefak- alat yang digunakan manusia pada masa itu telah terbukti menunjukkan bahwa peradaban manusia modern telah ada sekitar ratusan juta bahkan miliaran tahun yang lalu. Bukti-bukti tersebut diungkapkan oleh Michael Cremo, seorang arkeolog senior, peneliti dan juga penganut weda dari Amerika, dengan melakukan penelitian lebih dari 8 tahun.
Dari berbagai belahan dunia termasuk juga dari Indonesia telah dapat mengungkapkan misteri peradaban weda tersebut secara bermakna. Laporan tersebut ditulis dalam beberapa buku yang sudah diterbitkan seperti ; Forbidden Archeology, The Hidden History of Human Race, Human Devolution: A Vedic alternative to Darwin’s Theory, terbitan tahun 2003. Dalam buku tersebut akan banyak ditemukan fosil, artefak- peninggalan berupa kendi, alas kaki, alat masak dan sebagainya yang telah berusia ratusan juta tahun bahkan miliaran tahun, dibuat oleh manusia yang mempunyai peradaban maju, tidak mungkin dibuat oleh kera atau primata yang lebih rendah.
Dari buku-buku tersebut juga ditemukan adanya manipulasi beberapa arkeolog dengan mengubah dimensi waktunya, hal ini bertujuan untuk mendukung teori evolusi Darwin, karena kenyataannya teori evolusi masih sangat lemah. Bukti ilmiah sudah dengan jelas menyatakan bahwa peradaban weda telah ada miliaran tahun. Para ilmuwan telah membuktikan bahwa perang besar di tanah suci Kukrksetra, kota Dwaraka, sungai suci Sarasvati dan sebagainya merupakan suatu peristiwa sejarah, bukan sebagai mitologi. Setiap kali kongres para arkeolog dunia selalu menyampaikan bukti-bukti baru tentang peradaban Barthavarsa purba. Dibawah ini ditampilkan sekelumit dari bukti ilmiah tersebut.
Sebenarnya masih banyak bukti ilmiah lainnya yang menunjukkan peradaban weda tersebut, sehingga Satya yuga, Tretha yuga, Dvapara yuga dan Kali yuga dengan durasi sekitar 4.320.000 tahun merupakan suatu sejarah peradaban manusia modern yang memegang teguh perinsip dharma.
Perang Bharatayuda. Para arkeolog terkemuka dunia telah sepakat bahwa perang besar di Kuruksetra merupakan sejarah Bharatavarsa (sekarang India) yang terjadi sekitar 5000 tahun yang lalu. Sekarang para peneliti hanya ingin menentukan tanggal yang pasti tentang peristiwa tersebut. Dari hasil pengamatan beserta bukti-bukti ilmiah. Dari berbagai estimasi maka dibuatlah suatu usulan peristiwa-peristiwa sebagai berikut:
* Sri Krishna tiba di Hastinapura diprakirakan sekitar 28 September 3067 SM
* Bhishma pulang ke dunia rohani sekitar 17 Januari 3066 SM
* Balarama melakukan perjalanan suci di sungai Saraswati pada bulan Pushya 1 Nov. 1, 3067 SM
* Balarama kembali dari perjalanan tersebut pada bulan Sravana 12 Dec. 12, 3067 SM
* Gatotkaca terbunuh pada 2 Desember 3067 SM.
Dan banyak lagi penanggalan peristiwa-peristiwa penting sudah di kalkulasi.
* Kota kuno Dvaraka. Demikian juga keberadaan kota Dvaraka yang dulu menjadi misteri, kota tersebut disebutkan dalam Mahabharata bahwa Dvaraka tenggelam di pantai. Doktor Rao adalah seorang arkeolog senior yang dengan tekun menyelidiki dengan “marine archaeology” dan hasilnya ditemukannya reruntuhan kota bawah laut, beserta ornamennya, didaerah Gujarat. Dwaraka, kota kerajaan Sri Krishna masa lalu.
* Sungai Sarasvati. Keberadaan kota purba Harrapa dan Mohenjodaro serta keberadaan sungai suci Sarasvati telah dijumpai dalam Rig Weda, namun tidak diketahui keberadaannya, kemudian oleh NASA dengan pemotretan dari luar angkasa ternyata dijumpai sebuah lembah yang merupakan bekas sungai yang telah mengering, namun dalam kedalaman tertentu masih tampak ada aliran air di wilayah Pakistan yang bermuara ke lautan Arab, arahnya sesuai dengan yang digambarkan dalam sastra.
* Jembatan Alengka.
Pemotretan luar angkasa yang dilakukan oleh NASA telah menemukan adanya
jembatan mistrius yang menghubungkan Manand Island (Srilanka) dan Pamban
Island (India) sepanjang 30 Km, dengan lebar sekitar 100 m, tampak pula
jembatan tersebut buatan manusia dengan umur sekitar 1.750.000 tahun.
Angka ini sesuai dengan sejarah Ramayana yang terjadi pada Tretha yuga.
Sekarang sedang diteliti jenis bebatuannya. Jadi Ramayana itu adalah
ithihasa (sejarah), bukan merupakan dongeng.



Foto: Sri Rama Bridge hasil pantauan NASA
Citra dari Rama Brige sendiri sangat mudah terlihat dari atas
permukaan air laut karena letaknya yang tidak terlalu dalam, yaitu hanya
tergenang sedalam kira-kira 1,2 meter (jika air laut sedang surut)
dengan lebar hampir 100 m.Tahun 1972 silam, ada sebuah penemuan luar biasa yang barangkali bisa semakin memperkuat dugaan bahwa memang benar peradaban masa silam telah mengalami era Nuklir yaitu penemuan tambang Reaktor Nuklir berusia dua miliyar tahun di Oklo, Republik Gabon.

Foto: Peta Oklo, Republik Gabon


Foto: bekas Reaktor Nuklir Berusia 2 Milyar Tahun di Oklo, Republik Gabon.
* Pada tahun 1972, ada sebuah perusahaan (Perancis)
yang mengimpor biji mineral uranium dari Oklo di Republik Gabon, Afrika
untuk diolah. Mereka terkejut dengan penemuannya, karena biji uranium
impor tersebut ternyata sudah pernah diolah dan dimanfaatkan sebelumnya
serta kandungan uraniumnya dengan limbah reaktor nuklir hampir sama.
Penemuan ini berhasil memikat para ilmuwan yang datang ke Oklo untuk
suatu penelitian, dari hasil riset menunjukkan adanya sebuah reaktor
nuklir berskala besar pada masa prasejarah, dengan kapasitas kurang
lebih 500 ton biji uranium di enam wilayah, diduga dapat menghasilkan
tenaga sebesar 100 ribu watt. Tambang reaktor nuklir tersebut
terpelihara dengan baik, dengan lay-out yang masuk akal, dan telah
beroperasi selama 500 ribu tahun lamanya.Yang membuat orang lebih tercengang lagi ialah bahwa limbah penambangan reaktor nuklir yang dibatasi itu, tidak tersebarluas di dalam areal 40 meter di sekitar pertambangan. Kalau ditinjau dari teknik penataan reaksi nuklir yang ada, maka teknik penataan tambang reaktor itu jauh lebih hebat dari sekarang, yang sangat membuat malu ilmuwan sekarang ialah saat kita sedang pusing dalam menangani masalah limbah nuklir, manusia zaman prasejarah sudah tahu cara memanfaatkan topografi alami untuk menyimpan limbah nuklir!
Tambang uranium di Oklo itu kira-kira dibangun dua milyar tahun yang lalu setelah adanya bukti data geologi dan tidak lama setelah menjadi pertambangan maka dibangunlah sebuah reaktor nuklir ini. Mensikapi hasil riset ini maka para ilmuwan mengakui bahwa inilah sebuah reaktor nuklir kuno, yang telah mengubah buku pelajaran selama ini, serta memberikan pelajaran kepada kita tentang cara menangani limbah nuklir.
Sekaligus membuat ilmuwan mau tak mau harus mempelajari dengan serius kemungkinan eksistensi peradaban prasejarah itu, dengan kata lain bahwa reaktor nuklir ini merupakan produk masa peradaban umat manusia. Seperti diketahui, penguasaan teknologi atom oleh umat manusia baru dilakukan dalam kurun waktu beberapa puluh tahun saja, dengan adanya penemuan ini sekaligus menerangkan bahwa pada dua miliar tahun yang lampau sudah ada sebuah teknologi yang peradabannya melebihi kita sekarang ini, serta mengerti betul akan cara penggunaannya.
Semua temuan arkeologis ini sesuai dengan catatan sejarah yang turun-temurun. Kita bisa mengetahui bahwa manusia juga pernah mengembangkan peradaban tinggi di India pada 5.000 tahun silam, bahkan mengetahui cara menggunakan reaktor nuklir, namun oleh karena memperebutkan kekuasaan dan kekayaan serta menggunakan dengan sewenang-wenang, sehingga mereka mengalami kehancuran.
Singkatnya segala penyelidikan diatas berusaha menyatakan bahwa umat manusia pernah maju dalam peradaban Atlantis dan Rama. Bahkan jauh sebelum 4000 SM manusia pernah memasuki abad antariksa dan teknologi nuklir. Akan tetapi zaman keemasan tersebut berakhir akibat perang nuklir yang dahsyat hingga pada masa sesudahnya, manusia sempat kembali ke zaman primitif. Masa primitif ini berakhir dengan munculnya peradaban Sumeria sekitar 4000 SM atau 6000 tahun yang lalu.
sumber : http://mahabaratamodern.blogspot.com/
0 comments:
Post a Comment